Senin, 14 Desember 2009

Kandidat Ketua Menciut Jadi 4 Orang Kongres VIII KNPI Tidak Efisien Waktu

JAKARTA, (PR).-
Kongres Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang nyaris diwarnai
adu fisik hingga pukul 24.00 WIB tadi malam (4/11) di Jakarta, belum
juga berhasil memilih ketua. Kongres baru bisa menciutkan jumlah
kandidat menjadi empat orang.

Hingga berita ini diturunkan keempat kandidat baru selesai melakukan
kampanye dan akan dilanjutkan dengan pemungutan suara.

Dalam Kongres VIII KNPI 1996 kali ini kandidat yang meramaikan bursa
Ketua Umum DPP KNPI semula berjumlah tujuh orang yakni Djoko
Purwongemboro (Ketua Umum Pemuda Panca Marga - PPM), Maulana Isman
(Ketua Umum GM Kosgoro), Adhyaksa (Ketua DPD I KNPI DKI Jakarta),
Ramli HM Yusuf (DPP KNPI), Kaharuddin Syah (DPP KNPI/Pemuda
Pancasila-PP), Gatot Sudjito (DPD KNPI Jatim) dan Taufiq Hidayat (PB
HMI).

Ketujuh bakal calon ini sebelumnya disaring dengan pemilihan tahap
pertama yakni pemilihan calon ketua umum. Mereka yang sedikitnya
didukung 10 suara baru berhak mengikuti pemilihan calon Ketua Umum DPP
KNPI.

Dari tujuh bakal calon, masuklah empat orang calon. Yakni, Maulana
Isman dengan 14 suara, Taufik Hidayat 19 suara, Djoko Purwongemboro 14
suara, dan Kaharudin Syah dengan 11 suara. Sementara bakal calon yang
gagal masuk sebagai calon ketua umum adalah Gatot Sudjito dengan dua
suara, Ramli HM Yusuf dengan satu suara, dan Adyaksa dengan enam
suara.

Begitu nama Taufik Hidayat mendapatkan dukungan terbanyak dalam
pemilihan tahap pertama, kubu Djoko Purwongemboro dan Maulana Isman
segera melakukan pertemuan tertutup. Di samping itu para calon ketua
umum kemudian menyampaikan terlebih dahulu visi dan pokok-pokok
pikirannya mengenai kepemudaan.

Molor

Agenda pemilihan ketua umum ini sebenarnya telah molor sehari dari
jadwal yang ditentukan. Berlarut-larutnya Kongres KNPI VIII 1996
terjadi karena alotnya sidang Komisi A bidang organisasi terutama saat
pembahasan AD/ART dan syarat-syarat calon ketua umum. Molornya waktu
juga disebabkan tindakan peserta yang melanggar jadwal.

Sebagai contoh, sidang lanjutan Komisi A yang direncanakan Senin pukul
09.00 baru dapat dimulai pukul 11.00 karena peserta masih molor di
kamar masing-masing. "Habis kami sangat lelah setelah membahas materi
komisi yang baru selesai pukul 04.00 dinihari," kata seorang peserta.

Sidang Komisi A dipimpin Nadjamuddin Ramly (Pemuda Muhammadiyah)
dengan wakil Sonny W. Manalu (Mapancas), sekretaris Ermalena (Fatayat
NU), serta anggotanya adalah Anwar Pua Geno (DPD I NTT), Sunatra (DPD
I Jabar), dan Didi Herdiansyah (DPP KNPI).

Sidang yang dimulai Minggu malam itu diwarnai dua kericuhan yang
memalukan. Keributan pertama berawal dari usulan Pengurus PB PMII Roni
Abu Bakar, DPD I Jatim, DPD I Maluku dan GMNI. Mereka minta sidang
ditunda sampai keesokan hari. Alasannya, peserta sidang kelelahan
setelah melakukan pembahasan AD/ART selama kurang lebih lima jam.

Usulan ini ditolak sebagian besar peserta wakil utusan dari DPD II.
Akhirnya dilakukan voting yang dimenangkan oleh utusan DPD II karena
jumlah mereka lebih banyak. Pimpinan sidang kemudian memutuskan rapat
pleno dilanjutkan.

Persoalan ternyata belum selesai. Abidin Fikri (GMNI) melakukan
interupsi dan protes atas keputusan pemimpin sidang. Saat itulah
Abidin mengatakan sesuatu yang menyinggung wakil DPD II. Akibatnya
peserta dari DPD II marah dan berusaha menyerang Fikri secara massal.

Namun bentrokan fisik dapat dihindarkan karena Abidin keburu diamankan
Satgas dari GM FKPPI. Buntut kejadian ini, empat OKM - GMNI, PMII,
HMI, dan GMKI - melakukan walk-out. Tapi mereka menyatakan akan
menerima segala keputusan sidang, walaupun tidak mau ikut menanggung
konsekuensi politiknya.

"Kita keluar dari pembahasan karena kami juga melihat bahwa kondisi
sidang tidak memungkinkan munculnya gerakan-gerakan pemikiran. Tapi
kita akan tetap mengikuti proses pemilihan ketua umum," tegas Sekjen
Presidium GMNI A Bhaskara.

Kejadian lebih memalukan terjadi pukul 03.15 dinihari ketika membahas
syarat untuk bisa menjadi calon. Utusan DPD Sumut, Riau dan Sumsel
menginginkan minimal 20 suara dukungan terhadap calon ketua umum. Hal
ini ditentang sebagian besar peserta lain yang menginginkan 10 suara.

Dalam hal ini tidak ada titik temu sehingga sidang diskors agar kedua
kubu melakukan lobi di podium. Akhirnya pemimpin sidang memutuskan 10
suara.

Kubu yang menginginkan 20 suara ternyata masih kesal, seorang peserta,
kemudian melempar buku dan memukul utusan dari Jatim. Suasana tambah
kacau dan baru reda ketika Satgas turun tangan mengamankan pemicu
keributan dari amukan peserta lain.

Usai sidang, Najamuddin Ramli hampir jatuh karena kelelahan. Bahkan ia
harus dikawal sedikitnya 20 orang Satgas saat menuju ke kamar di blok
E atau Gedung Namirah.

Belum efisien

Sementara itu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Hayono Isman
menilai, pelaksanaan Kongres KNPI belum memperhatikan prinsip
efisiensi karena banyak waktu terbuang untuk mendengarkan pengarahan
para menteri sehingga pembahasan substansi kongres waktunya relatif
sempit.

"Saya nggak habis pikir kapan kita bisa mengembangkan budaya efisiensi
khususnya di kalangan muda," katanya pada pembukaan Pelatihan
Kewirausahaan Model Atma Jaya di Jakarta, Senin, menanggapi
pelaksanaan Kongres KNPI VIII yang hingga tadi malam masih
berlangsung.

Menpora seperti dikutip Antara mengatakan, apabila selama lima hari
pertama berlangsungnya kongres acaranya mendengarkan pengarahan 16
menteri Kabinet Pembangunan VI, maka sebenarnya sejumlah pejabat
tersebut dapat dimohon untuk tampil secara bersama.

"Saya tidak keberatan kalau beberapa orang menteri ditampilkan secara
bersama dalam suatu waktu sehingga lebih efisien," jelasnya.

Kongres KNPI hingga hari kelima (1/11) menampilkan sejumlah Menteri
Kabinet Pembangunan VI selain juga menampilkan pembicara dari tiga
Organisasi Peserta Pemilu (OPP).

Menpora lebih jauh mengatakan, berapa jumlah menteri yang ideal bisa
tampil dalam kongres KNPI tergantung dari kemauan organisasi tersebut
asal efisien.

"Jadi berapa menteri yang dimohon memberi pengarahan itu terserah
organisasi, namun tetap harus menerapkan budaya efiensi, seperti
Universitas Atmajaya yang menampilkan tiga pembicara sekaligus dalam
satu forum seperti ini," ujarnya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar