Rabu, 16 Desember 2009

Malaysia janji Kurangi Patroli Laut di Ambalat

ANGKATAN Tentara Malaysia sepakat mengurangi patroli laut yang terlalu dekat dengan wilayah teritorial Indonesia di perairan Ambalat.

“Supaya persepsi pelanggaran wilayah dapat dikurangi,” kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono usai bertemu Panglima Angkatan Tentara Malaysia Jenderal Abdul Azis Zainal di Kantor Departemen Pertahanan, Jakarta, Rabu (10/6).

Usai pertemuan sekitar 30 menit itu, Abdul Azis langsung meninggalkan tempat didampingi Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso tanpa memberikan keterangan kepada pers.

Juwono menjelaskan, Indonesia meminta diadakan patroli perbatasan perairan bersama tanpa mengabaikan aturan pelibatan yang sudah dilaksanakan kedua angkatan laut sejak 2005. Sehingga kapal perang kedua negara mengamankan wilayah lautnya dengan tidak mendekati batas laut teritorial masing-masing negara.

“Pola patroli serupa telah diterapkan Indonesia dengan Australia,” katanya.

Juwono mengakui, Abdul Aziz berkunjung ke Indonesia untuk meredam kisruh yang terjadi di Ambalat dua pekan terakhir. “Beliau datang dengan tulus hati,” katanya.

Menurut Juwono, Malaysia menyatakan tidak ada niatan untuk melanggar batas wilayah perbatasan. Keberadaan kapal militer dan kapal patroli polisi Malaysia di Ambalat dalam rangka patroli keamanan wilayah maritim.

Juwono menjelaskan, sengketa disebabkan Malaysia memunyai garis pangkal yang berbeda berdasarkan peta tahun 1979. Negeri jiran itu juga mengklaim konsesi minyak dan gas di wilayah yang sama. Saling klaim hak konsesi itu masuk wilayah zona hak daulat Indonesia.

Di Kuala Lumpur, Panglima Angkatan Laut Malaysia Laksamana Abdul Aziz Jaafar menyatakan minta maaf kepada rakyat Indonesia. Ucapan disampaikan melalui lima anggota Komisi I Bidang Pertahanan DPR yang dipimpin Yusron Ihza Mahendra.

“Maaf seandainya dinilai melanggar wilayah Indonesia. Kami juga minta maaf jika ada sikap prajurit Malaysia yang memprovokasi,” katanya seperti dikutip Antara.

Dia menjamin kejadian serupa tidak akan terulang. Jaafar berjanji tidak akan menempatkan kapal selam Scorpene di kawasan laut Ambalat untuk provokasi atau unjuk gigi kepada Indonesia.

Protes Malaysia

Sekitar 100 orang dari Grup Indonesai Berdaulat dan buruh migran berdemonstrasi di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (10/6). Mereka mengutuk aksi provokatif Malaysia yang menganggu kedaulatan Indonesia dan sikap sewenang-wenang terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia.

Grup Indonesia Berdaulat adalah kelompok yang dibentuk para pengguna facebook untuk mendiskusikan berbagai masalah yang memiliki relasi terhadap kedaulatan Indonesia.

Dalam aksinya, para pendemo membawa spanduk bertuliskan kecaman terhadap Malaysia, seperti “Caplok Ambalat, Perang”, “Boikot Produk Malaysia”, dan “Stop Pelecehan terhadap Indonesia”.

Salah satu orator, Abidin Fikri, mendesak Malaysia menghentikan tindakan yang mencederai kedaulatan Indonesia seperti mengklaim wilayah Ambalat. Ia mengatakan siapa pun Kepala Negara Indonesia yang akan terplih nanti harus menjaga batas negara dan menghentikan berbagai kasus penyiksaan terhadap TKI di Malaysia.

Abidin mengatakan bila Malaysia terus mengganggu kedaulatan Indonesia, maka tidak salah bila bangsa Indonesia kembali mengingat perkataan mantan Presiden Soekarno untuk menghabisi Malaysia. “Mari kita bangkitkan kembali apa yang dikatakan Bung Karno ‘Ganyang Malaysia’,” katanya.

Perwakilan buruh migran, Ika, mengatakan tidak menerima tindakan Malaysia yang menginjak-injak bangsa Indonesia sementara para buruh migran telah memberikan jasa mereka di negeri jiran itu. Ia mengutuk Malaysia yang menyiksa buruh migran Indonesia.

Koordinator aksi Irwan Setiawan mengajak bangsa Indonesia tidak lagi memercayai perkataan Malaysia yang menyebut Indonesia sebagai saudara serumpun. “Sebagai saudara serumpun tidak mungkin mencaplok wilayah Indonesia dan meledek aparat pertahanan Indonesia,” katanya.

Sumber : Jurnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar